Industri otomotif dalam negeri tengah mengahadapi berbagai tantangan. Selain terjebak dalam angka 1 juta penjualan, tantangan terkait keterjangkauan harga dan produk otomotif juga dirasakan sebagian besar masyarakat.
Informasi ini berdasarkan hasil studi riset yang dilakukan MarkPlus untuk sektor otomotif dalam negeri. Studi yang sudah kelar pada Agustus lalu, disempurnakan kembali selama dua bulan terakhir untuk memberikan wawasan komprehensif terkait industri otomotif.
Hasil studi ini dipaparkan dalam acara Automotive Industry Roundtable dengan tema Navigating The Future of The 4W Industry yang digelar bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Rabu (6/11). Acara yang digelar di Philip Kotler Theater, MarkPlus Main Campus, Jakarta ini juga menyampaikan strategi-strategi baru yang perlu dilakukan menghadapi tantangan pasar yang muncul, termasuk soal kendaraan listrik.
Iwan Setiawan, CEO MarkPlus Inc dan Marketeers mengungkapkan studi ini tervalidasi dengan penyesuaian berdasarkan karakteristik tiap merek. Ini memberikan perspektif yang sejalan dengan dinamika pasar secara umum.
Hasil studi MarkPlus mendapati 56 persen konsumen mengganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka. Sebanyak 50 persen merasa pajak yang dikenakan terlalu tinggi, 37 persen menghadapi suku bunga leasing yang memberatkan, dan 26 persen lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama.
“Ikatan ekonomi yang menjadi hambatan utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan. Ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai dalam pasar mobil baru untuk menarik minat konsumen.
Studi menunjukkan, kenaikan harga mobil baru tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga juga peningkatan suku bunga Bank Indonesia untuk mempengaruhi niat masyarakat membeli secara kredit. Pada 2024, harga mobil baru meningkat 37 persen sejak 2014 sedangkan pendapatan rumah tangga hanya naik sebesar 28 persen dalam periode yang sama.
Kondisi ini membuat daya beli masyarakat tertekan. Harga yang makin tidak terjangkau membuat konsumen makin selektif dalam memilih kendaraan.
"Selain itu antara harga dan value perception masyarakat terhadap produk juga tidak compatible. Masyarakat melihat kualitas kendaraan tiap tahun harusnya ada lompatan besar, tapi harganya naik tinggi, Ini yang kemudian membuat masyarakat enggan memutuskan untuk membeli mobil baru atau lebih memilih mobil bekas dengan harga sesuai dengan keinginan mengeluarkan uang
Perubahan Preferensi
Hasil studi ini juga menyinggung penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru. Misal, Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar mencapai 67 persen. Pada segmen EV, ada Wuling dengan memimpin hingga 47 persen.
“Ini menunjukkan dominasi Toyota di pasar hybrid dan tingginya penerimaan konsumen terhadap Wuling di pasar kendaraan listrik, mencerminkan tren yang menarik dalam preferensi konsumen Indonesia,” ucap Iwan.
MarkPlus juga memberikan masukan bagi perusahaan otomotif untuk membuat strategi agar fokus pada inovasi teknologi dan model yang sesuai dengan permintaan pasar yang dinamis. Sebab berdasarkan studi MarkPlus, mayoritas konsumen di Indonesia masih melakukan riset online namun tetap membeli secara offline. Ini memerlukan strategi omnichannel yang kuat untuk memberikan pengalaman konsumen yang seamless.
Optimasi SEO, penggunaan media sosial, serta situs web dengan konten yang mendalam mengenai produk akan membantu dalam menarik minat konsumen sejak tahap awal perjalanan pembelian. Selain itu, konsumen di segmen kendaraan listrik lebih memilih memverifikasi secara fisik sebelum membeli yang menegaskan pentingnya jaringan showroom dan diler fisik yang handal.
Industri otomotif Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh dengan memperkuat komitmen pada keberlanjutan dan menghadirkan produk yang memenuhi kebutuhan untuk konsumen modern. Ini menegaskan pentingnya strategi menyeluruh untuk perusahaan otomotif dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan peluang.
- Referensi 2
- Referensi 3
- Referensi 4
- Referensi 5
- Referensi 6
0 comments:
Posting Komentar